Di tengah puluhan ribu pohon kelapa sawit ini terdapat sebuah sesudongan, rumah yang didirikan Suku Anak Dalam (SAD). Rumah ini dibangun menggunakan tiang dari batang kayu, beratap plastik, tanpa dinding, dan lantai dari belahan kayu yang disusun rapi. Luas sesudongan ini berkisar 2 x 4 meter.
2.Hikayat Orang Rimba
Jauh di belantara hutan Jambi, hidup orang adat yang memilih menghindar dari hingar bingar gerak zaman, dan sepenuhnya hidup menyatu dengan rimba raya. Mereka menyebut diri sebagai orang rimba, penjaga benteng terakhir ruang hidup mereka di Bukit Duabelas, kabupaten Sarolangun. Jambi. Tercatat, dari sekitar 4000 orang rimba di Jambi, hampir separuhnya kehilangan hutannya. Perusakan dan perambahan hutan, hingga alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit memaksa orang rimba perlahan tersisih dari rumah tempat tinggal mereka. Tanpa rimba, mereka bukanlah orang rimba. Ribuan orang rimba kini hidup di bawah hijaunya sawit, tumbuhan yang tak berarti apapun bagi kepercayaan mereka.
3. Menjaga suku Anak Dalam
Menurut tradisi lisan suku Anak Dalam merupakan orang Maalau Sesat, yang m lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas. Mereka kemudian dinamakan Moyang Segayo. Tradisi lain menyebutkan mereka berasal dari wilayah Pagaruyung, yang mengungsi ke Jambi. Ini diperkuat kenyataan adat suku Anak Dalam punya kesamaan bahasa dan adat dengan suku Minangkabau, seperti sistem kekeluargaan matrilineal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar