A.
Pengertian
suku baduy
Dalam bahasa inggris , kebudayaan disebut culture , yang berasal
dari kata latin colere ,diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani .
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa
IndonesiaBudaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia. Buddayh atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
B.
Kelompok
suku baduy
Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
tangtu, panamping, dan dangka.
1.
Kelompok
Tangtu (Badui Dalam)
Suku Baduy Dalam tinggal di pedalaman hutan yang terisolir. Selain
itu orang baduy dalam merupakan yang paling patuh kepada seluruh ketentuan atau
aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala Adat).Orang Baduy dalam tinggal
di 3 kampung,yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih
dan biru tua, tidak berkerah dan berkancing, memakai ikat kepala putih membawa
golok tidak beralas kaki dan tidak membawa uang. mereka tidak mengenal sekolah,
huruf yang mereka kenal adalah Aksara Hanacara dan bahasanya Sunda. Mereka
tidak boleh mempergunakan peralatan atau sarana dari luar. Jadi bisa di
bayangkan mereka hidup tanpa menggunakan listrik, uang, dan mereka tidak
mengenal sekolahan. Salah satu contoh sarana yang mereka buat tanpa bantuan
dari peralatan luar adalah Jembatan Bambu. Mereka membuat sebuah Jembatan tanpa
menggunakan paku, untuk mengikat batang bambu mereka menggunakan ijuk, dan
untuk menopang pondasi jembatan digunakan pohon-pohon besar yang tumbuh di tepi
sungai.
2.
Kelompok
Masyarakat Penamping (Baduy Luar)
Mereka
tinggal di desa Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, yang
mengelilingi wilayah baduy dalam. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan
pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. suku Baduy Luar biasanya sudah banyak
berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya. selain itu mereka juga sudah mengenal
kebudayaan luar, seperti bersekolah.
C.
Unsur
kebudayaan suku baduy
·
Bahasa
: mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi
dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun
mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes
'dalam' tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama,
dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
·
Peralatan
Hidup Suku Baduy
·
Peralatan
dan Teknologi Kehidupan orang Baduy berpusat pada pertanian yang diolah dengan
menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana.
·
Mereka
telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik. Mereka menggunakan
peralatan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas
dari Kanekes Dalam.
·
Proses
pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu,
seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes
Dalam.
·
Menggunakan
pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang
menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti
kaos oblong dan celana jeans.
·
Menggunakan
peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca
& plastik.
·
Mereka
tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam
·
Mata
Pencaharian : Mata pencarian masyarakat Baduy yang paling utama adalah bercocok
tanam padi huma dan berkebun serta membuat kerajinan koja atau tas dari kulit
kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang.
·
Hukum
di didalam Masyarakat Baduy : Hukuman disesuaikan dengan kategori pelanggaran,
yang terdiri atas pelanggaran berat dan pelanggaran ringan. Hukuman ringan
biasanya dalam bentuk pemanggilan sipelanggar aturan oleh Pu’un untuk diberikan
peringatan. Contohnya: beradu-mulut antara dua atau lebih warga Baduy.Hukuman
Berat diperuntukkan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat. Pelaku
pelanggaran yang mendapatkan hukuman ini dipanggil oleh Jaro setempat dan
diberi peringatan.
·
Sistem
Kekerabatan ; Suku baduy memakai system bilineal, yaitu mereka mengikuti garis
keturunan dari ayah dan ibu. Di dalam proses pernikahan pasangan yang akan
menikah selalu dijodohkan . Orang tua laki-laki akan bersilaturahmi kepada
orang tua perempuan dan memperkenalkan kedua anak mereka masing-masing.
·
Kesenian
; Dalam melaksanakan upacara tertentu, masyarakat Baduy menggunakan kesenian
untuk memeriahkannya. Adapun keseniannya yaitu:
·
Seni
Musik (Lagu daerah yaitu Cikarileu dan Kidung ( pantun) yang digunakan dalam
acara pernikahan)
·
Alat
musik (Angklung Buhun dalam acara menanan padi dan alat musik kecapi)
·
Seni
Ukir Batik.
·
Sistem
Religi ; Suku Baduy yang merupakan suku tradisional di Provinsi Banten hampir
mayoritasnya mengakui kepercayaan sunda wiwitan. Yang mana kepercayaan ini mey\akini
akan adanya Allah sebagai “Guriang Mangtua” atau disebut pencipta alam semesta
dan melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi Adam sebagai leluhur yang
mewarisi kepercayaan turunan ini.
Ada
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy menurut kepercayaan
sunda wiwitan:
·
Upacara
Kawalu yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan kawalu yang
dianggap suci dimana pada bulan kawalu masyarakat baduy melaksanakan ibadah
puasa selama 3 bulan yaitu bulan Kasa,Karo, dan Katiga.
·
Upacara
ngalaksa yaitu upacara besar yang dilakukan sebagain uacapan syukur atas
terlewatinya bulan-bulan kawalu, setelah melaksanakan puasa selama 3 bulan.
Ngalaksa atau yang bsering disebut lebaran.
·
Seba
yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang bertujuan merapatkan
tali silaturahmi antara masyarakat baduy dengan pemerintah, dan merupakan
bentuk penghargaan dari masyarakat baduy.
·
Upacara
menanam padi dilakukan dengan diiringi angklung buhun sebagai penghormatan
kepada dewi sri lambing kemakmuran.
·
Kelahiran
yang dilakukan melalui urutan kegiatan yaitu: Kendit yaitu upacara 7 bulanan
ibu yang sedang hamil. Saat bayi itu lahir akan dibawa ke dukun atau paraji
untiuk dijampi-jampi. Setelah 7 hari setelah kelahiran maka akan diadakan acara
perehan atau selametan. Upacara
Angiran yang dilakukan pada hari ke 40 setelah kelahiran. Akikah yaitu
dilakukannya cukuran, khitanan dan pemberian nama oleh dukun(kokolot)yang
didapat dari bermimpi dengan mengorbankan ayam.
·
Perkawinan
; Perkawinan, dilakukan berdasarkan perjodohan dan dilakukan oleh dukun atau
kokolot menurut lembaga adat (Tangkesan) sedangkan Naib sebagai penghulunya.
Adapun mengenai mahar atau seserahan yakni sirih, uang semampunya, dan kain
poleng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar